Jendela Sastra

Foto Para Romo (Sumber:Google)

[Puisi Romo oleh Arswendo Atmowiloto]
Dikutip Dari Catatan Katolik Indonesia

aku mendamba Romo yang penuh kasih
- bukan yang pilih kasih
aku mendamba Romo yang bajunya kadang kekecilan, kadang kegedean
itu berarti pemberian umat
sebagai tanda cinta, tanda hormat

aku mendamba Romo, yang galak tapi sumanak
KAKU PADA DOGMA, TAPI LUCU KALA CANDA
yang lebih sering memegang rosario
dibandingkan bb warna hijau
aku mendamba Romo yang lebih banyak mendengar
dibandingkan berujar

aku mendamba Romo yang menampung air mataku
- tanpa ikut menangisi
yang mengubah putus asa menjadi harapan
yang MENGAJARKAN RITUAL SEKALIGUS SPIRITUAL

duuuuh, damba dan inginku banyak, banyak sekali
tapi aku percaya tetap terpenuhi
karena Romoku mau dan mampu selalu memberi
- inilah damba dan doaku, Romoku

eee, masih ada satu lagi
SEKALI MENGENAKAN JUBAH, JANGAN BERUBAH
jangan pernah mengubah, walau godaan mewabah
bahkan sampai ada laut terbelah
kenakan terus jubahmu
itulah khotbah yang hidup
agar aku bisa menjamah
seperti perempuan Samaria pada Yesus Allah Tuhanku

aku mendamba Romo yang menatapku kalem
bersuara adem
"Berkah Dalem ..."



batas malam

Batas Malam
Ku tunggu kau di batas malam
ketika semua terlelap
terlena, tergagap oleh kebesaran malam
yang indah; menghadirkan mimpi-mimpi
Ku tunggu kau di batas malam
ketika kehadiran bintang
tak lagi dapat menghadirkan nyatamu
ketika hembusan angin malam
tak lagi dapat menggantikan hadirmu
Ku tunggu kau di batas malam
saat mimpiku tak kan pernah menghadirkan wajahmu
di jendela hati dan lorong jiwaku,
walau aku tlah berusaha
Ku tunggu kau di batas malam
karena hasrat jiwa yang menggebu
tak bisa kuterjemahkan
dalam laku dan tapak
Ku tunggu kau di batas malam
walau malam tak kunjung hadirkan adamu
Ku tunggu kau di batas malam
walau ku tahu kan sia-sia
malah akan terus mengorek
dan menghadirkan mimpi buruk
Ku tunggu kau di batas malam
karena aku yakin
gerimis di hatimu
kan hadirkan hujan......
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar